PROPOSAL PSSDT
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE TEMATIK
OLEH
Ira Fatmawati, S.S., S.Pd., M.Pd.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penguasaan
bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern sekarang ini, ternyata
keterampilan menulis kurang mendapat perhatian. Mahasiswa dan mahasiswi sebagai
calon guru yang salah satu tugasnya melatih keterampilan menulis siswa,tentu
perlu memehami dengan baik keterampilan menulis ini. Pemahaman konsep menulis
menjadi penting bagi kita karena dalam praktek keseharian banyak orang terampil
dalam membaca tetapi mengalami kesulitan dalam menulis. Materi menulis sangat
melimpah hal ini dipertegas dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi yang berbunyi :
”Katakanlah sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis )kalimat Tuhanku,sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.”
Namun demikian ternyata banyak orang yang kekurangan ide atau bisa jadi idenya banyak tetapi tetap saja kesulitan dalam menulis. Dunia informasi telah berkembang demikian pesat dengan semakin pesatnya perkembangan dunia informasi khususnya perkembangan kegiatan tulis menulis,tentu menuntut kita agar mengembangkan tradisi menulis. Tradisi menulis dapat diartikan sebagai sutu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis.
”Katakanlah sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis )kalimat Tuhanku,sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.”
Namun demikian ternyata banyak orang yang kekurangan ide atau bisa jadi idenya banyak tetapi tetap saja kesulitan dalam menulis. Dunia informasi telah berkembang demikian pesat dengan semakin pesatnya perkembangan dunia informasi khususnya perkembangan kegiatan tulis menulis,tentu menuntut kita agar mengembangkan tradisi menulis. Tradisi menulis dapat diartikan sebagai sutu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis.
Keterampilan menulis oleh para ahli pengajaran bahasa
ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini
disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya
dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Hal ini
pula yang menyebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang dianggap paling sulit.
Meskipun keterampilan menulis itu sulit, tetapi perannannya
dalam kehidupan manusia sangat penting dalam masyarakat sepanjang zaman.
Kegiatan menulis dapat ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti
menulis surat, laporan, buku, artikel, dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa
kehidupan manusia hampir tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menulis. Bahkan,
Tarigan (1992:44) menyatakan bahwa indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat
dari maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa itu.
Akan
tetapi, disayangkan, kenyataan dewasa ini pembelajaran menulis di perguruan tinggi masih rendah. Banyak penelitian yang
mengungkapkan bahwa kemampuan menulis mahasiswa masih rendah karena metode
pengajaran menulis kurang efektif. Banyak kalangan menilai pengajaran menulis
dewasa ini sangat terlantar.
Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan
pembenahan serius dalam pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak
faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis. Namun, diakui
bahwa peranan dosen
sangat menentukan. Oleh karena itu, dosen dituntut untuk kreatif dan inovatif
serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang pembelajaran menulis,
terutama menyangkut teknik dan strategi yang digunakan.
A.
Rumusan Masalah
Permasalahan
yang timbul pada proses pembelajaran menulis adalah:
1.
Mahasiswa merasa kesulitan
menemukan ide.
2.
Mahasiswa kesulitan mengawali
suatu tulisan.
3.
Mahasiswa sulit merangkaikan
suatu ide secara sistematis.
B.
Tujuan
Tujuan pengajaran setiap mata
pelajaran dapat diklasifikasikan atas tiga aspek, yaitu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Setiap mata pelajaran atau bagiannya tentu saja
memiliki karakteristik yang berbeda. Titik berat tujuannya pun juga
berbeda-beda. Mata pelajaran bahasa Indonesia misalnya dapat menitikberatkan
pada keterampilan tanpa mengabaikan segi kognitif dan afektifnya, sedangkan
tujuan pada penelitian ini adalah:
1.
Agar mahasiswa bisa dengan
mudah menemukan ide untuk menulis.
2.
Agar mahasiswa bisa dengan
mudah mengawali suatu tulisan.
3.
Agar mahasiswa bisa
merangkaikan suatu ide secara sistematis.
C.
Target Luaran
1.Target
luaran yang diharapkan yaitu mahasiswa bisa menulis karya tulis ilmiah secara
sistematis, sesuai dengan kaidah penulisan yang ada.
2. Mahasiswa
merasa mudah menuangkan ide-ide mereka dalam bentuk tulisan.
3. Mahasiswa
bisa dengan mudah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.
Tujuan Pembelajaran Menulis
Tujuan pengajaran setiap mata pelajaran dapat
diklasifikasikan atas tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Setiap mata pelajaran atau bagiannya tentu saja memiliki karakteristik yang
berbeda. Titik berat tujuannya pun juga berbeda-beda. Mata pelajaran bahasa
Indonesia misalnya dapat menitikberatkan pada keterampilan tanpa mengabaikan
segi kognitif dan afektifnya.
Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan:
(1) siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan,
dan minatnya, serta dapat menumbukan penghargaan terhadap hasil karya dan hasil intelektual bangsa
sendiri, (2) guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi
bahasa siswa dengan menyediakan keragaman kegiatan berbahasa dan sumber
belajar, (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai
dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya, (4) orang tua dan
masyarakat terlibat secara aktif dalam pelaksanaan program di sekolah, (5)
sekolah dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaan siswa dan
sumber belajar sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah/sekolah.
Dalam standar kompetensi lulusan Sekolah Dasar mata
pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek menulis, diharapkan peserta didik
memiliki kompetensi melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana,
petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan,
parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan
pantun.
2.
Tujuan Menulis
Seorang tergerak menulis karena memiliki tujuan-tujuan yang
bisa dipertanggung-jawabkan di hadapan pembacanya, karena tulisan pada dasarnya
adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan
diterima orang lain. Tulisan dengan demikian menjadi salah satu sarana
komunikasi yang cukup efektif dan efisien untuk menjangkau khalayak massa yang
luas. Atas dasar pemikiran inilah maka tujuan menulis dapat dirunut dari
tujuan-tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam konteks pengembangan
peradaban dan kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Adapun
tujuan penulisan tersebut adalah sebagai berikut.
1)
Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk
pendapat dan pandangan terhadap fakta, data, dan peristiwa agar pembaca
memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal.
2)
Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat
menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakannya. Penulis
harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang
persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat
berhasil apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab,
bersahabat, dan mudah dipahami.
3)
Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui
membaca hasil tulisan, wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah,
kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang.
Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh
toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih
rasional.
4)
Menghibur; bahwa fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi bukan onopoli
media massa, radio, televisi, melainkan tulisan dapat pula berperan dalam
menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan “ringan” yang
kaya dengan anekdot dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara
atau untuk melepaskan ketegangan dan kepenatan setelah seharian sibuk
beraktivitas.
C.
Rambu-Rambu
Pembelajaran Menulis
Berikut
ini merupakan rambu-rambu yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan
pembelajaran menulis di sekolah.
1)
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah berkomunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran menulis diarahkan pada kemampuan berkomunikasi secara tertulis.
2)
Pelaksanaan pembelajaran menulis sebaiknya disajikan secara terpadu, terhadap
aspek pembelajaran lain. Namun, dalam hal tertentu dapat difokuskan pada
komponen tertentu. Menulis dapat sebagai fokus maupun sebagai tambahan.
3)
Pembelajaran menulis harus mengakomodasi semua aspek bahasa mulai terkecil
hingga terbesar termasuk ejaan (tata tulis).
4)
Pembelajaran menulis diarahkan pada upaya mempertajam kepekaan perasaan siswa
termasuk dalam konteks analitik yang mendalam sehingga diharapkan dua hal yaitu
berpikir dan bernalar.
5)
Pembelajaran menulis harus diajarkan dengan prinsip mudah ke sukar, sederhana
ke rumit, lingkungan sempit ke lingkungan yang luas.
6)
Perbandingan bobot pembelajaran menulis dengan aspek pembelajaran lainnya harus
seimbang.
7)
Kegiatan pembelajaran menulis harus menekankan pada kemampuan berbahasa yang
mengacu pada konteks atau tema.
8)
Kompetensi pembelajaran dalam kurikulum merupakan bahan yang disarankan
utnuk diajarkan, tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan situasi.
9)
Waktu yang disediakan dalam setiap pembelajaran menulis harus dapat diatur
sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi dengan menggunakan pendekatan
komunikatif. Adapun metode dapat dipilih sesuai karakteristik pembelajaran yang
diinginkan. Kegiatan pembelajaran dapat disetting di dalam maupun di luar
kelas.
10) Sumber belajar menulis dapat berupa (a) buku pelajaran yang diwajibkan, buku
pelajaran yang sesuai, buku pelengkap, ensiklopedi, kamus, (b) media cetak,
surat kabar, majalah, (c) media elektronik: radio, TV, video, (d) lingkungan:
alam, sosial, budaya, (e) narasumber, (f) pengalaman dan minat anak, serta (g)
hasil karya anak.
11) Pembelajaran menulis dilakukan secara kontinyu agar anak terampil.
12) Penilaian pembelajaran menulis tetap mengacu pada rambu-rambu umum yang
memperhatikan berbagai aspek sesuai jenis kegiatan menulis.
D.
Ruang Lingkup Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar
Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka
diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus. Selain itu, anak pun
harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, karena
pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dalam
pikirannya. Namun demikian, hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran
mengarang di Sekolah Dasar adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang
cukup tentang ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang mengarang itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis seperti yang
diungkapkan di muka, pembelajaran menulis di Sekolah Dasar harus dimulai dari
tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana, ke yang biasa, hingga
pada yang paling sukar. Tentu saja hal ini perlu melalui tahapan sesuai dengan
tingkat pemikiran siswa. Oleh karena itu, di Sekolah Dasar pembelajaran menulis
dibagi atas dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis
permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah yakni kelas satu hingga kelas
tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas enam diberi pembelajaran menulis
lanjutan. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan kedua kelompok tersebut
secara ringkas berdasarkan beberapa referensi.
1.
Menulis Permulaan
Dalam
pembelajaran menulis permulaan tentu harus dimulai pada hal sangat
sederhana. Menulis tentu hanya dengan bebrapa kalimat sederhana bukan suatu
karangan yang utuh. Mengajarkan menulis permulaan tentu saja selalu dilakukan
dengan pembelajaran terpimpin. Beberapa contoh pembelajaran menulis permulaan
seperti berikut (a) mengarang mengikuti pola dengan cara siswa hanya diminta
membuat karangan seperti contoh (pola) yang diberikan yang tentunya idenya
harus lebih dekat dengan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menuangkan
ide/pikiran secara runtut dan logis.
Contoh:
Jeruk.
Jeruk
berbentuk bulat.
Isinya
kuning.
Rasanya
manis dan asam.
Jeruk
banyak dijual di pasar.
Contoh di
atas dapat ditiru polanya oleh anak dengan memberi topik lain misalnya,
kelereng, kucing, pohon, dan sebagainya. Karangan di atas bisa diajarkan pada
kelas satu dan dua, setelah siswa lancar dalam menulis kalimat sederhana. (b)
Mengarang dengan melengkapi kalimat, yakni siswa diminta untuk melengkapi kalimat
dalam karangan dengan kata yang telah tersedia. (c) Bimbingan dengan
memasangkan kelompok kata, yakni siswa diminta untuk memasangkan kelompok kata
dengan kalimat yang erpenggal atau kurang lengkap. Hal ini bertujuan agar siswa
dapat membuat kalimat luas. (d) Bimbingan dengan mengurutkan kalimat, yaitu
siswa dibimbing untuk mengurutkan kalimat sesuai dengan gambar seri. (e)
Bimbingan dengan pertanyaan, hal ini diharapkan agar siswa dapat membuat
karangan setelah dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dalam pikirannya. Karena
sebuah karangan jika ditarik kesimpulan sebenarnya merupakan rangkaian jawaban
atas berbagai pertanyaan. Dalam hal ini guru hanya menyiapkan beberapa
pertanyaan, misalnya: Kucingku; apa nama kucingmu, apa warnanya, apakah kamu
menyukainya, apa makanannya, kapan memberi makan, lucukah, mengapa lucu,
bagaimana suaranya, mengapa kucing dipelihara orang, dan sebagainya.
Demikian
beberapa contoh mengarang atau menulis permulaan, yang pada dasarnya merupakan
upaya membentuk kebiasaan siswa mengarang secara sederhana sesuai dengan
tingkat perkembangan kemampuannya.
2.
Menulis Lanjutan
Syarat untuk dapat menulis lanjutan adalah siswa harus
terampil dan menguasai menulis permulaan. Oleh karena itu, pada prinsipnya
menulis lanjutan adalah pengembangan menulis permulaan. Adapun tujuannya adalah
agar siswa dapat membuat karangan secara ajek dan lengkap. Beberapa metode
dalam menulis lanjutan antara lain : (a) Membuat paragraf dengan gambar, yakni
siswa diminta untuk membuat paragraf berdasarkan gambar yang telah disediakan.
Hal ini dapat diberi kata-kata kunci, sehingga tidak terlalu menyimpang dengan
cerita. (b) Mengembangkan paragraf, yakni siswa dilatih untuk mengembangkan
sebuah kalimat utama menjadi sebuah paragraf. (c) Menyusun paragraf dari
kalimat yang tersedia. (d) Menghubungkan paragraf dengan paragraf lainnya. (e)
Membuat karangan dengan gambar seri. (f) Mengarang berdasarkan kerangka, dan
mengarang secara bebas.
Kesemua metode di atas bukanlah harga mati melainkan sangat
fleksibel. Hal ini disebabkan karena pembelajaran menulis di perguruan
tinggi cakupannya
cukup luas. Adapun ruang lingkup pembelajaran menulis/mengarang di perguruan
tinggi
antara lain adalah : mengarang prosa narasi, menulis prosa deskripsi, menulis
surat izin, menulis surat undangan, mengisi formulir, menyusun paragraf,
mengembangkan judul dan topik, menulis nonfiksi, menyingkat cerita, menyusun
naskah pengumuman, menyusun iklan dan poster, menulis laporan kegiatan,
menyusun naskah pidato, dan lain-lain.
II.
Pembelajaran Keterampilan Menulis di Perguruan Tinggi
1.
Keterampilan Menulis
Pada dasarnya keterampilan menulis dapat diperoleh dan
dikuasai dengan jalan banyak berlatih karena keterampilan menulis mencakup
penggunaan sejumlah unsur yang kompleks secara serempak. Untuk mengetahui
sampai di mana hasil menulis yang dicapai, perlu dilakukan tes menulis kepada mahasiswa.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan
orang lain, dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Untuk
dapat menulis secara efektif, penulis perlu melakukan langkah-langkah sebagai
berikut.
a)
seorang penulis harus mempunyai aturan dalam menulis serta jelas objek
tulisannya,
b)
sebelum menulis harus terlebih dahulu menyusun kerangka karangan,
c)
merumuskan tujuan penulisan,
d) tulisan
selalu berfokus pada topik,
e)
untuk memperjelas ide-ide yang abstrak gunakan contoh,
f)
gunakan kata atau kalimat yang tepat dan jelas,
g)
hindari bias gender, serta penggunaan orang pertama yang berlebihan.
Langkah
penulisan di atas perlu diperhatikan oleh seorang penulis agar hasil tulisannya
lebih efektif karena dalam karangan ada lima unsur yang dimiliki karangan
tersebut, yaitu:
1)
isi karangan : hal atau gagasan yang dikemukakan;
2)
bentuk karangan: susunan atau cara menyajikan isi ke dalam pola kalimat;
3)
tata bahasa: penggunaan tata bahasa dan pola kalimat yang tepat;
4)
gaya: pilihan struktur dan kosakata untuk memberika nada atau warna terhadap
karangan;
5)
penggunaan ejaan dan tanda baca.
2.
Pembelajaran Menulis di Perguruan Tinggi
Pada
bagian ini akan dibahas bebera hal yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan
pembelajaran menulis di Perguruan Tinggi.
Berbagai
Kegiatan Menulis
Keterampilan
menulis dapat diklasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda.
Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan
keterampilan menulis dan hasil produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan
menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis
atas empat kategori, yaitu: karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan
argumentasi.
Berdasarkan
dua acuan tersebut di atas dapat disusun jenis-jenis kegiatan dalam
pembelajaran keterampilan menulis tersebut dengan susunan dari yang mudah
menuju kepada yang sukar adalah sebagai berikut.
- Menyusun karangan bersama
- Menyusun kembali karangan yang
diacak
- Menyelesaikan cerita tertulis
- Meringkas (sinopsis) bacaan
- Reka cerita gambar
- Memerikan atau mendeskripsikan
sesuatu
- Mengembangkan judul
- Menulis surat
- Menyusun dialog
- Menyusun laporan
- Menyusun iklan, slogan, poster,
dan spanduk
- Meresensi buku
- Menyusun karangan ilmiah
Uraian
jenis-jenis kegiatan menulis di atas menunjukkan kepada guru bahasa Indonesia
ada banyak pilihan dalam merencanakan pembelajaran keterampilan menulis, di
bawah ini dijelaskan secara singkat jenis-jenis tulisan berdasarkan isi
tulisan.
Menulis
Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan
kata-kata atas suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis
deskripsi melalui tulisannya mengharapkan pembaca dapat melihat, mendengar,
mencium bau, mencicipi dan merasakan hal yang sama dengan penulis. Deskripsi
pada dasarnya merupakan hasil dari pengamatan melalui panca indera yang
disampaikan dengan kata-kata.
Contoh:
Jauh
di sana di tepi sungai,tampak seorang perempuan yang masih muda berjalan hilir
mudik, kadang-kadang menengok ke laut, rupanya mencari atau menantikan apa-apa yang
boleh timbul dari dalam laut yang amat tenang laksana aiar di dalam dulang pada
ketika itu, atau darti pihak manapun. Pada air mukanya yang telah pucat dan dan
tubuhnya yang sudah kurus itu, dapatlah diketahui, bahwa perempuan itu memikul
suatu percintaan yang amat berat. Meskipun mukanya telah kurus, tetapi cahaya
kecantikan perempuan itu tiada juga hilang. (dikutip dari “Bintang Minahasa”
karya Hersevien M.Taulu ,2001:65)
Menulis
Narasi
Narasi pada dasarnya adalah karangan atau tulisan yang
berbentuk cerita. Seperti kalau orang bercerita tentang
“mengisi liburan sekolah”, “mendaftarkan diri ke sekolah”, “pengalaman berkemah
di hutan”, “kecelakaan lalu lintas di jalan raya”, atau “pertandingan
olahraga”. Cerita itu tentunya didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau
peristiwa. Di dalam peristiwa itu ada tokoh, mungkin tokoh itu adalah penulis
sendiri, teman penulis, atau orang lain, dan tokoh itu mengalami masalah atau
konflik. Bisa saja dalam cerita itu menghadirkan satu konflik atau serangkaian
konflik yang dihadapi oleh tokoh dalam ceritamu itu. Jadi, dalam sebuah narasi
terdapat tiga unsur pokok, yaitu : peristiwa, tokoh, dan
konflik. Ketiga unsur itu diramu menjadi satu dalam sebuah jalinan
yang disebut alur atau plot. Dengan demikian, narasi adalah cerita
berdasarkan alur. Sering juga narasi diartikan sebagai cerita yang
didasarkan pada kronologi waktu.
Contoh:
Pertandingan
antara Angelique Widjaja melawan Tamarine Tanasugarn berlangsung sangat
mendebarkan. Pada set pertama, Tamarine unggul atas Angie dengan skor 6-2.
Namun, Angie membalas kekalahannya di set pertama dengan merebut set kedua.
Angie memenangi set kedua itu dengan skor tipis 7-5. Memasuki set ketiga,
Tamarine tampaknya mulai kehabisan tenaga. Sebaliknya Angie semakin percaya
diri apalagi ia mendapat dukungan luarbiasa dari para penonton. Dengan mudah
Angie memimpin perolehan angka. Ia sempat unggul dengan skor 5-0, sebelum
akhirnya Angie menutup set penentuan itu dengan skor 6-2. Kemenangannya itu
mengantarkan Angie ke semifinal turnamen tenis WTA Tour di Bali.
Menulis
Eksposisi
Eksposisi/paparan merupakan tulisan hasil peninjauan
terhadap suatu hal. Penyampaian gagasan dilakukan secara analitis kronologis
waktu maupun ruang. Tulisan berjenis eksposisi biasanya merupakan bagian dari
karangan ilmiah. Penulisan eksposisi dilakukan dengan cara menyusun kerangka
karangan yang memuat kata-kata kunci yang didukung oleh penjelasan-penjelasan,
contoh-contoh, ilustrasi, maupun bukti.
Contoh:
Kloning
manusia menjadi isu pembicaraan semakin menarik para ulama akhir-akhir ini.
Percobaan kloning pada binatang memang telah berhasil dilakukan, seperti
kelahiran anak domba (Dolly) yang diujicoba dalam tahun 1996, tikus (1997),
sapi (1998), babi (1999), kera (2000), kucing (2001). Awal April lalu dr.
Severino Antinori, ginekolog dari Italia, mengumumkan keberhasilannya
menumbuhkan janin dalam kloning manusia.
Kloning
adalah upaya untuk menduplikasi genetik yang sama dari suatu organisme dengan
menggantikan inti sel dari sel telur dengan inti sel organisme lain. Kloning
pada manusia dilakukan dengan mempersiapkan sel telur yang sudah diambil
intinya lalu disatukan dengan sel dewasa dari suatu organ tubuh. Hasilnya
ditanam ke rahim seperti halnya embrio bayi tabung.
Menulis
Argumentasi
Argumentasi
dibentuk dari kata argumen yang berarti alasan. Paragraf argumentasi
adalah paragraf yang bertujuan untuk menyatakan kebenaran dengan didukung
argumen atau alasan yang sesuai. Termasuk dalam bentuk ini adalah tulisan yang
bertujuan mengajak, membujuk, dan mempengaruhi orang lain. Argumentasi sering
pula dibedakan dengan persuasi yang lebih bertujuan membujuk atau mempengaruhi
orang lain, sementara argumentasi diartikan sebagai tulisan yang isinya
bersifat menyakinkan suatu hal kepada orang lain terhadap suatu hal.
Paragraf
argumentasi dapat disusun dengan pola sebab-akibat. Artinya, paragraf
tersebut diawali dengan kalimat utama yang merupakan sebab dan diikuti oleh
beberapa akibat sebagai kalimat penjelasnya. Sebaliknya, paragraf argumentasi
juga dapat disusun dengan pola akibat-sebab yang berarti paragraf
tersebut diawali dengan akibat yang merupakan kalimat utama dan diikuti oleh
beberapa sebab sebagai kalimat penjelasnya.
Contoh:
Hakim
menjatuhkan vonis hukuman kepada terdakwa itu. Dari catatan kepolisian yang ada
ternyata ia telah berkali-kali melakukan kejahatan-kejahatan kecil sampai
kejahatan besar hampir semua pernah ia lakukan. Ternyata, lingkungan pergaulan
yang ia lalui merupakan faktor utama yang menyebabkannya harus mengalami
penderitaan yang panjang.
Metode
Pembelajaran menulis di Perguruan Tinggi
Metode pembelajaran menulis hendaknya memperhatikan bahwa
bahasa itu merupakan satu keutuhan sesuai dengan fungsinya. Oleh karena itu,
pembelajaran menulis dapat dilakukan secara terpadu dengan kegiatan membaca,
mendengarkan, dan berbicara. Misalnya, pada metode inkuiri, waktu diskusi
berlangsung ada siswa yang bertugas mencatat semua keputusan diskusi. Pada diri
pencatat terdapat keterpaduan antara kegiatan menyimak dan menulis. Kegiatan
itu sebenarnya tidak hanya berlaku pada pencatat, tetapi juga berlaku pada
semua peserta diskusi. Hasil catatan itu dirangkum menjadi laporan diskusi.
Dengan demikian kegiatan diskusi yang disertai laporan tertulis akan melatih
siswa terampil mendengarkan dan menulis. Melalui kegiatab itu siswa sekaligus
mengenal perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis karena dalam
penyusunan laporan tertulis bahasa yang digunakan berbeda dari apa yang
didengar dalam diskusi yang menggunakan ragam bahasa lisan.
Media
Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Media pembelajaran memegang peranan penting dalam usaha
meningkatkan hasil belajar. Tampaknya masih sedikit dosen yang mempergunakan media dalam mengajarkan
menulis. Sebaiknya dosen mempersiapkan berbagai macam media yang dapat dipergunakan
untuk menggairahkan pembelajaran menulis.
Berbagai
bentuk pemakaian bahasa dapat dijadikan media pembelajaran menulis. Misalnya,
ketika akan belajar menulis surat pribadi, dosen dapat membawakan beberapa contoh
surat pribadi atau siswa disuruh membawanya. Dosen dapat mendiskusikan dengan mahasiswa dari segi isi, bentuk dan
bahasanya.
Dosen dapat juga menugaskan siswa membawa gambar-gambar yang
disukai siswa kemudian guru menugaskan mahasiswa untuk menceritakan isi gambar
tersebut dan menulisnya di buku tentang gambar itu. Dosen dapat pula menugaskan siswa saling
menilai hasil tulisannya, dengan memberikan penjelasan segi mana yang akan
dikoreksi siswa. Hal ini akan memberikan pengalaman siswa bagaimana cara
menilai sehingga siswa akan juga dapat menilai hasil pekerjaannya sendiri.
Penilaian
Pembelajaran
Keberhasilan
belajar dan mengajar bergantung pada keyakinan kita tentang faktor-faktor
pendukung terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien. Beberapa faktor
mengajar yang perlu diperhatikan supaya proses belajar berlangsung baik antara
lain:
1)
Kesempatan untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin pengalaman mahasiswa untuk secara langsung
mengamati dan mengalami proses, produk, keterampilan, dan sikap yang
diharapkan.
2)
Pengetahuan awal mahasiswa, kegiatan belajar perlu mengaitkan dengan pengetahuan
awal mahasiswa, keterampilan dan sikap yang
dimiliki sambil memperluas dan menunjukkan keterbukaan pada cara pandang dan
tindakan sehari-hari.
3)
Refleksi, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar bermakna yang
mampu mendorong tindakan (aksi) dan renungan (refleksi) pada mahasiswa.
4)
Motivasi, kegiatan mengajar harus perlu menyediakan pengalaman belajar yang
memberi motivasi dan kejelasan tujuan.
5)
Keragaman individu, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang
mempertimbangkan perbedaan individu.
6)
Kemandirian dan kerjasama, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman
belajar yang mendorong mahasiswa untuk belajar secara mandiri maupun melalui kerja
sama.
7)
Suasana yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan lebih
kondusif untuk menciptakan situasi supaya siswa belajar lebih efektif.
8)
Belajar untuk kebersamaan, kegiatan mengajar menyediakan pengalaman belajar
yang mendorong mahasiswa untuk memiliki simpati, empati, dan toleransi pada
orang lain.
9)
Mahasiswa sebagai pembangun gagasan,
kegiatan mengajar menyediakan pengalaman belajar yang mengakomodasi pandangan
bahwa pembangun gagasan adalah mahasiswa sedangkan dosen hanya sebagai penyedia kondisi
supaya peristiwa belajar berlangsung.
10)
Rasa ingin tahu, kreativitas, dan ketuhanan, kegiatan mengajar menyediakan
pengalaman yang memupuk rasa ngin tahu, mendorong kreativitas dan selalu mengagungkan
kebesaran Tuhan Yan g Maha Esa.
11)
Menyenangkan, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang
menyenangkan mahasiswa.
12)
Interaksi dan komunikasi, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman
belajar yang meyakinkan mahasiswa terlibat secara aktif secara mental, fisik, dan
sosial.
13) Belajar dan cara belajar,
kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang memuat keterampilan
belajar sehingga mahasiswa terampil belajar.
Penilaian berbasis kelas merupakan penilaian yang dilakukan
secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas)
melalui pengumpulan kerja mahasiswa, hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja
(performen) dan tes tertulis (paper and pen).
Format
Penilaian Menulis
No
|
ASPEK
|
SKOR
|
BOBOT
|
1
|
Gagasan/Ide/Tema
|
1-40
|
40%
|
2
|
Bahasa
(EYD, Pilihan Kata)
|
1-30
|
30%
|
3
|
Penyajian
(Kemenarikan)
|
1-20
|
20%
|
Jumlah
Skor
|
100
|
100%
|
Aspek
penilaian di atas dapat disesuaikan dengan tingkat dan jenjang mahasiswa atau sesuai dengan aspek apa yang
diinginkan untuk dinilai terhadap anak.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian
ini berpendekatan kualitatif, dalam
memerikan masalah penelitian, peneliti berdasarkan hasil
tulisan mahasiswa. Faktor penentu tersebut adalah sistematika penulisan, kesesuaian tema dengan isi
tulisan. Penelitian
ini menitikberatkan kajian penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tulisan ilmiah.
Sesuai dengan karakteristik
pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu
disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi
metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi,
bercakap-cakap
B.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu penulis dan tema tulisan.
C. Data
Sumber data pada penelitian ini yaitu hasil tulisan mahasiswa. Data
penelitian yaitu data tulisan ilmiah mahasiswa.
D. Pengumpulan
Data
1) Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu teknik observasi dan wawancara. Pengumpulan data berupa tulisan yang ditulis oleh mahasiswa.
2)
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah format penilaian.
3)
Prosedur Pengumpulan Data
(1) Dilakukan pengecekan agar bisa mendapatkan data
sebanyak-banyaknya. Data tulisan, gambar
atau kalimat tulis.
(2) Pentranskripan dilakukan untuk
mengubah wacana tulis yang
berasal dari tulisan mahasiswa.
(3) Pemisahan
satuan-satuan kebahasaan yang
berkaitan dengan sistematika penulisan
ilmiah.
(4) Pemilahan data dari
satuan tulisan yang sesuai dengan sistematika penulisan ilmiah.
E.
Penganalisisan Data
1.
Teknik Penganalisisan Data
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam analisis data ini menjadi dua tahap, yaitu (1) tahap
persiapan analisis yang meliputi kegiatan transkripsi data tulisan, (2) tahap analisis data
yang meliputi klasifikasi unit tulisan
berdasarkan sistematika penulisan yang
terdapat di dalamnya sehingga diperoleh tipe-tipe tulisan.
2.
Persiapan Penganalisisan Data
a.
Transkripsi Data
Untuk mendapatkan
korpus yang baik dan lengkap, transkripsi data dilakukan dengan langkah-langkah
seperti berikut.
1) Mencatat semua data tulisan
menggunakan lembar yang telah disedikan. Tuturan tersebut ditulis dalam bentuk
unit-unit percakapan dengan memperhatikan pemarka yang ada.
2) Pola selingkung yang ditulis dalam bentuk tulisan ilmiah mahasiswa.
b.
Klasifikasi Data
Klasifikasi
data dilakukan untuk mengetahui tulisan yang sesuai dengan rumusan
masalah penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Dari unit-unit tulisan yang dikumpulkan berdasarkan
rumusan masalah tersebut, selanjutnya akan dilakukan analisis data untuk
memperoleh informasi-informasi bentuk-bentuk kalimat yang digunakan dalam tulisan.
3.
Prosedur Penganalisisan Data
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yang
dikemukakan oleh Mile dan Huberman
(1992: 15-20). Analisis data tersebut memiliki dua hal yang mendasar, yaitu (1) model analisis data
melalui empat jenis tahapan yakni: (a) sumber data, (b) reduksi data, (c)
penyajian data, dan (d) penyimpulan atau verifikasi. 2) Analisis data dapat
dilakukan selama proses pengumpulan data
berlangsung dan setelah pengumpulan data tersebut berakhir. Analisis data yang
dilakukan saat pengumpulan bertujuan untuk menyeleksi data yang berupa hasil tulisan mahasiswa.
No comments:
Post a Comment