Wednesday, October 2, 2013

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TEMATIK

PROPOSAL PSSDT

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TEMATIK



OLEH
Ira Fatmawati, S.S., S.Pd., M.Pd.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern sekarang ini, ternyata keterampilan menulis kurang mendapat perhatian. Mahasiswa dan mahasiswi sebagai calon guru yang salah satu tugasnya melatih keterampilan menulis siswa,tentu perlu memehami dengan baik keterampilan menulis ini. Pemahaman konsep menulis menjadi penting bagi kita karena dalam praktek keseharian banyak orang terampil dalam membaca tetapi mengalami kesulitan dalam menulis. Materi menulis sangat melimpah hal ini dipertegas dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi yang berbunyi :
”Katakanlah sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis )kalimat Tuhanku,sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.”
Namun demikian ternyata banyak orang yang kekurangan ide atau bisa jadi idenya banyak tetapi tetap saja kesulitan dalam menulis. Dunia informasi telah berkembang demikian pesat dengan
semakin pesatnya perkembangan dunia informasi khususnya perkembangan kegiatan tulis menulis,tentu menuntut kita agar mengembangkan tradisi menulis. Tradisi menulis dapat diartikan sebagai sutu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis.
Keterampilan menulis oleh para ahli pengajaran bahasa ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Hal ini pula yang menyebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit.
Meskipun keterampilan menulis itu sulit, tetapi perannannya dalam kehidupan manusia sangat penting dalam masyarakat sepanjang zaman. Kegiatan menulis dapat ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti menulis surat, laporan, buku, artikel, dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa kehidupan manusia hampir tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menulis. Bahkan, Tarigan (1992:44) menyatakan bahwa indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa itu.
Akan tetapi, disayangkan, kenyataan dewasa ini pembelajaran menulis di  perguruan tinggi masih rendah. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kemampuan menulis mahasiswa masih rendah karena metode pengajaran menulis kurang efektif. Banyak kalangan menilai pengajaran menulis dewasa ini sangat terlantar.
Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis. Namun, diakui bahwa peranan dosen sangat menentukan. Oleh karena itu, dosen dituntut untuk kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang pembelajaran menulis, terutama menyangkut teknik dan strategi yang digunakan.
A.    Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul pada proses pembelajaran menulis adalah:
1.      Mahasiswa merasa kesulitan menemukan ide.
2.      Mahasiswa kesulitan mengawali suatu tulisan.
3.      Mahasiswa sulit merangkaikan suatu ide secara sistematis.
B.     Tujuan
Tujuan pengajaran setiap mata pelajaran dapat diklasifikasikan atas tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Setiap mata pelajaran atau bagiannya tentu saja memiliki karakteristik yang berbeda. Titik berat tujuannya pun juga berbeda-beda. Mata pelajaran bahasa Indonesia misalnya dapat menitikberatkan pada keterampilan tanpa mengabaikan segi kognitif dan afektifnya, sedangkan tujuan pada penelitian ini adalah:
1.      Agar mahasiswa bisa dengan mudah menemukan ide untuk menulis.
2.      Agar mahasiswa bisa dengan mudah mengawali suatu tulisan.
3.      Agar mahasiswa bisa merangkaikan suatu ide secara sistematis.
C.    Target Luaran
1.Target luaran yang diharapkan yaitu mahasiswa bisa menulis karya tulis ilmiah secara sistematis, sesuai dengan kaidah penulisan yang ada.
2. Mahasiswa merasa mudah menuangkan ide-ide mereka dalam bentuk tulisan.
3. Mahasiswa bisa dengan mudah 


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Tujuan Pembelajaran Menulis
Tujuan pengajaran setiap mata pelajaran dapat diklasifikasikan atas tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Setiap mata pelajaran atau bagiannya tentu saja memiliki karakteristik yang berbeda. Titik berat tujuannya pun juga berbeda-beda. Mata pelajaran bahasa Indonesia misalnya dapat menitikberatkan pada keterampilan tanpa mengabaikan segi kognitif dan afektifnya.
Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan: (1) siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbukan penghargaan terhadap hasil karya dan hasil intelektual bangsa sendiri, (2) guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan keragaman kegiatan berbahasa dan sumber belajar, (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya, (4) orang tua dan masyarakat terlibat secara aktif dalam pelaksanaan program di sekolah, (5) sekolah dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah/sekolah.
Dalam standar kompetensi lulusan Sekolah Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek menulis, diharapkan peserta didik memiliki kompetensi melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
2. Tujuan Menulis
Seorang tergerak menulis karena memiliki tujuan-tujuan yang bisa dipertanggung-jawabkan di hadapan pembacanya, karena tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Tulisan dengan demikian menjadi salah satu sarana komunikasi yang cukup efektif dan efisien untuk menjangkau khalayak massa yang luas. Atas dasar pemikiran inilah maka tujuan menulis dapat dirunut dari tujuan-tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam konteks pengembangan peradaban dan kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Adapun tujuan penulisan tersebut adalah sebagai berikut.
1)      Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data, dan peristiwa agar pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal.
2)      Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakannya. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat berhasil apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dipahami.
3)      Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui membaca hasil tulisan, wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.
4)      Menghibur; bahwa fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi bukan onopoli media massa, radio, televisi, melainkan tulisan dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan dan kepenatan setelah seharian sibuk beraktivitas.
C. Rambu-Rambu Pembelajaran Menulis
Berikut ini merupakan rambu-rambu yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis di sekolah.
1)      Belajar bahasa pada hakikatnya adalah berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran menulis diarahkan pada kemampuan berkomunikasi secara tertulis.
2)      Pelaksanaan pembelajaran menulis sebaiknya disajikan secara terpadu, terhadap aspek pembelajaran lain. Namun, dalam hal tertentu dapat difokuskan pada komponen tertentu. Menulis dapat sebagai fokus maupun sebagai tambahan.
3)      Pembelajaran menulis harus mengakomodasi semua aspek bahasa mulai terkecil hingga terbesar termasuk ejaan (tata tulis).
4)      Pembelajaran menulis diarahkan pada upaya mempertajam kepekaan perasaan siswa termasuk dalam konteks analitik yang mendalam sehingga diharapkan dua hal yaitu berpikir dan bernalar.
5)      Pembelajaran menulis harus diajarkan dengan prinsip mudah ke sukar, sederhana ke rumit, lingkungan sempit ke lingkungan yang luas.
6)      Perbandingan bobot pembelajaran menulis dengan aspek pembelajaran lainnya harus seimbang.
7)      Kegiatan pembelajaran menulis harus menekankan pada kemampuan berbahasa yang mengacu pada konteks atau tema.
8)      Kompetensi pembelajaran dalam kurikulum merupakan bahan yang  disarankan utnuk diajarkan, tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan situasi.
9)      Waktu yang disediakan dalam setiap pembelajaran menulis harus dapat diatur sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Adapun metode dapat dipilih sesuai karakteristik pembelajaran yang diinginkan. Kegiatan pembelajaran dapat disetting di dalam maupun di luar kelas.
10)     Sumber belajar menulis dapat berupa (a) buku pelajaran yang diwajibkan, buku pelajaran yang sesuai, buku pelengkap, ensiklopedi, kamus, (b) media cetak, surat kabar, majalah, (c) media elektronik: radio, TV, video, (d) lingkungan: alam, sosial, budaya, (e) narasumber, (f) pengalaman dan minat anak, serta (g) hasil karya anak.
11)    Pembelajaran menulis dilakukan secara kontinyu agar anak terampil.
12)    Penilaian pembelajaran menulis tetap mengacu pada rambu-rambu umum yang memperhatikan berbagai aspek sesuai jenis kegiatan menulis.
D. Ruang Lingkup Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar
Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus. Selain itu, anak pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dalam pikirannya. Namun demikian, hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran mengarang di Sekolah Dasar adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang mengarang itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis seperti yang diungkapkan di muka, pembelajaran menulis di Sekolah Dasar harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana, ke yang biasa, hingga pada yang paling sukar. Tentu saja hal ini perlu melalui tahapan sesuai dengan tingkat pemikiran siswa. Oleh karena itu, di Sekolah Dasar pembelajaran menulis dibagi atas dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah yakni kelas satu hingga kelas tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas enam diberi pembelajaran menulis lanjutan. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan kedua kelompok tersebut secara ringkas berdasarkan beberapa referensi.
1. Menulis Permulaan
Dalam pembelajaran menulis permulaan tentu harus dimulai pada hal sangat  sederhana. Menulis tentu hanya dengan bebrapa kalimat sederhana bukan suatu karangan yang utuh. Mengajarkan menulis permulaan tentu saja selalu dilakukan dengan pembelajaran terpimpin. Beberapa contoh pembelajaran menulis permulaan seperti berikut (a) mengarang mengikuti pola dengan cara siswa hanya diminta membuat karangan seperti contoh (pola) yang diberikan yang tentunya idenya harus lebih dekat dengan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menuangkan ide/pikiran secara runtut dan logis.
Contoh:  Jeruk.
Jeruk berbentuk bulat.
Isinya kuning.
Rasanya manis dan asam.
Jeruk banyak dijual di pasar.
Contoh di atas dapat ditiru polanya oleh anak dengan memberi topik lain misalnya, kelereng, kucing, pohon, dan sebagainya. Karangan di atas bisa diajarkan pada kelas satu dan dua, setelah siswa lancar dalam menulis kalimat sederhana. (b) Mengarang dengan melengkapi kalimat, yakni siswa diminta untuk melengkapi kalimat dalam karangan dengan kata yang telah tersedia. (c) Bimbingan dengan memasangkan kelompok kata, yakni siswa diminta untuk memasangkan kelompok kata dengan kalimat yang erpenggal atau kurang lengkap. Hal ini bertujuan agar siswa dapat membuat kalimat luas. (d) Bimbingan dengan mengurutkan kalimat, yaitu siswa dibimbing untuk mengurutkan kalimat sesuai dengan gambar seri. (e) Bimbingan dengan pertanyaan, hal ini diharapkan agar siswa dapat membuat karangan setelah dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dalam pikirannya. Karena sebuah karangan jika ditarik kesimpulan sebenarnya merupakan rangkaian jawaban atas berbagai pertanyaan. Dalam hal ini guru hanya menyiapkan beberapa pertanyaan, misalnya: Kucingku; apa nama kucingmu, apa warnanya, apakah kamu menyukainya, apa makanannya, kapan memberi makan, lucukah, mengapa lucu, bagaimana suaranya, mengapa kucing dipelihara orang, dan sebagainya.
Demikian beberapa contoh mengarang atau menulis permulaan, yang pada dasarnya merupakan upaya membentuk kebiasaan siswa mengarang secara sederhana sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuannya.
2. Menulis Lanjutan
Syarat untuk dapat menulis lanjutan adalah siswa harus terampil dan menguasai menulis permulaan. Oleh karena itu, pada prinsipnya menulis lanjutan adalah pengembangan menulis permulaan. Adapun tujuannya adalah agar siswa dapat membuat karangan secara ajek dan lengkap. Beberapa metode dalam menulis lanjutan antara lain : (a) Membuat paragraf dengan gambar, yakni siswa diminta untuk membuat paragraf berdasarkan gambar yang telah disediakan. Hal ini dapat diberi kata-kata kunci, sehingga tidak terlalu menyimpang dengan cerita. (b) Mengembangkan paragraf, yakni siswa dilatih untuk mengembangkan sebuah kalimat utama menjadi sebuah paragraf. (c) Menyusun paragraf dari kalimat yang tersedia. (d) Menghubungkan paragraf dengan paragraf lainnya. (e) Membuat karangan dengan gambar seri. (f) Mengarang berdasarkan kerangka, dan mengarang secara bebas.
Kesemua metode di atas bukanlah harga mati melainkan sangat fleksibel. Hal ini disebabkan karena pembelajaran menulis di perguruan tinggi cakupannya cukup luas. Adapun ruang lingkup pembelajaran menulis/mengarang di perguruan tinggi antara lain adalah : mengarang prosa narasi, menulis prosa deskripsi, menulis surat izin, menulis surat undangan, mengisi formulir, menyusun paragraf, mengembangkan judul dan topik, menulis nonfiksi, menyingkat cerita, menyusun naskah pengumuman, menyusun iklan dan poster, menulis laporan kegiatan, menyusun naskah pidato, dan lain-lain.
II. Pembelajaran Keterampilan Menulis di Perguruan Tinggi
1. Keterampilan Menulis
Pada dasarnya keterampilan menulis dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan banyak berlatih karena keterampilan menulis mencakup penggunaan sejumlah unsur yang kompleks secara serempak. Untuk mengetahui sampai di mana hasil menulis yang dicapai, perlu dilakukan tes menulis kepada mahasiswa.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Untuk dapat menulis secara efektif, penulis perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a)      seorang penulis harus mempunyai aturan dalam menulis serta jelas objek tulisannya,
b)      sebelum menulis harus terlebih dahulu menyusun kerangka karangan,
c)      merumuskan tujuan penulisan,
d)     tulisan selalu berfokus pada topik,
e)      untuk memperjelas ide-ide yang abstrak gunakan contoh,
f)       gunakan kata atau kalimat yang tepat dan jelas,
g)      hindari bias gender, serta penggunaan orang pertama yang berlebihan.
Langkah penulisan di atas perlu diperhatikan oleh seorang penulis agar hasil tulisannya lebih efektif karena dalam karangan ada lima unsur yang dimiliki karangan tersebut, yaitu:
1)      isi karangan : hal atau gagasan yang dikemukakan;
2)      bentuk karangan: susunan atau cara menyajikan isi ke dalam pola kalimat;
3)      tata bahasa: penggunaan tata bahasa dan pola kalimat yang tepat;
4)      gaya: pilihan struktur dan kosakata untuk memberika nada atau warna terhadap karangan;
5)      penggunaan ejaan dan tanda baca.
2. Pembelajaran Menulis di Perguruan Tinggi
Pada bagian ini akan dibahas bebera hal yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan pembelajaran menulis di Perguruan Tinggi.
Berbagai Kegiatan Menulis
Keterampilan menulis dapat diklasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atas empat kategori, yaitu: karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.
Berdasarkan dua acuan tersebut di atas dapat disusun jenis-jenis kegiatan dalam pembelajaran keterampilan menulis tersebut dengan susunan dari yang mudah menuju kepada yang sukar adalah sebagai berikut.
  • Menyusun karangan bersama
  • Menyusun kembali karangan yang diacak
  • Menyelesaikan cerita tertulis
  • Meringkas (sinopsis) bacaan
  • Reka cerita gambar
  • Memerikan atau mendeskripsikan sesuatu
  • Mengembangkan judul
  • Menulis surat
  • Menyusun dialog
  • Menyusun laporan
  • Menyusun iklan, slogan, poster, dan spanduk
  • Meresensi buku
  • Menyusun karangan ilmiah
Uraian jenis-jenis kegiatan menulis di atas menunjukkan kepada guru bahasa Indonesia ada banyak pilihan dalam merencanakan pembelajaran keterampilan menulis, di bawah ini dijelaskan secara singkat jenis-jenis tulisan berdasarkan isi tulisan.
Menulis Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata atas suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi melalui tulisannya mengharapkan pembaca dapat melihat, mendengar, mencium bau, mencicipi dan merasakan hal yang sama dengan penulis. Deskripsi pada dasarnya merupakan hasil dari pengamatan melalui panca indera yang disampaikan dengan kata-kata.
Contoh:
Jauh di sana di tepi sungai,tampak seorang perempuan yang masih muda berjalan hilir mudik, kadang-kadang menengok ke laut, rupanya mencari atau menantikan apa-apa yang boleh timbul dari dalam laut yang amat tenang laksana aiar di dalam dulang pada ketika itu, atau darti pihak manapun. Pada air mukanya yang telah pucat dan dan tubuhnya yang sudah kurus itu, dapatlah diketahui, bahwa perempuan itu memikul suatu percintaan yang amat berat. Meskipun mukanya telah kurus, tetapi cahaya kecantikan perempuan itu tiada juga hilang. (dikutip dari “Bintang Minahasa” karya Hersevien M.Taulu ,2001:65)
Menulis Narasi
Narasi pada dasarnya adalah karangan atau tulisan yang berbentuk cerita.    Seperti kalau orang bercerita tentang “mengisi liburan sekolah”, “mendaftarkan diri ke sekolah”, “pengalaman berkemah di hutan”, “kecelakaan lalu lintas di jalan raya”, atau “pertandingan olahraga”. Cerita itu tentunya didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Di dalam peristiwa itu ada tokoh, mungkin tokoh itu adalah penulis sendiri, teman penulis, atau orang lain, dan tokoh itu mengalami masalah atau konflik. Bisa saja dalam cerita itu menghadirkan satu konflik atau serangkaian konflik yang dihadapi oleh tokoh dalam ceritamu itu. Jadi, dalam sebuah narasi terdapat tiga unsur pokok,  yaitu : peristiwa,  tokoh, dan  konflik.  Ketiga unsur itu  diramu menjadi satu dalam sebuah jalinan yang disebut alur atau plot. Dengan demikian, narasi adalah cerita berdasarkan alur.  Sering juga narasi diartikan sebagai cerita yang didasarkan pada kronologi waktu.
Contoh:
Pertandingan antara Angelique Widjaja melawan Tamarine Tanasugarn berlangsung sangat mendebarkan. Pada set pertama, Tamarine unggul atas Angie dengan skor 6-2. Namun, Angie membalas kekalahannya di set pertama dengan merebut set kedua. Angie memenangi set kedua itu dengan skor tipis 7-5.  Memasuki set ketiga, Tamarine tampaknya mulai kehabisan tenaga. Sebaliknya Angie semakin percaya diri apalagi ia mendapat dukungan luarbiasa dari para penonton. Dengan mudah Angie memimpin perolehan angka. Ia sempat unggul dengan skor 5-0, sebelum akhirnya Angie menutup set penentuan itu dengan skor 6-2. Kemenangannya itu mengantarkan Angie ke semifinal turnamen tenis WTA Tour di Bali.
Menulis Eksposisi
Eksposisi/paparan merupakan tulisan hasil peninjauan terhadap suatu hal. Penyampaian gagasan dilakukan secara analitis kronologis waktu maupun ruang. Tulisan berjenis eksposisi biasanya merupakan bagian dari karangan ilmiah. Penulisan eksposisi dilakukan dengan cara menyusun kerangka karangan yang memuat kata-kata kunci yang didukung oleh penjelasan-penjelasan, contoh-contoh, ilustrasi, maupun bukti.
Contoh:
Kloning manusia menjadi isu pembicaraan semakin menarik para ulama akhir-akhir ini. Percobaan kloning pada binatang memang telah berhasil dilakukan, seperti kelahiran anak domba (Dolly) yang diujicoba dalam tahun 1996, tikus (1997), sapi (1998), babi (1999), kera (2000), kucing (2001). Awal April lalu dr. Severino Antinori, ginekolog dari Italia, mengumumkan keberhasilannya menumbuhkan janin dalam kloning manusia.
Kloning adalah upaya untuk menduplikasi genetik yang sama dari suatu organisme dengan menggantikan inti sel dari sel telur dengan inti sel organisme lain. Kloning pada manusia dilakukan dengan mempersiapkan sel telur yang sudah diambil intinya lalu disatukan dengan sel dewasa dari suatu organ tubuh. Hasilnya ditanam ke rahim seperti halnya embrio bayi tabung.


Menulis Argumentasi
Argumentasi dibentuk dari kata argumen yang berarti alasan. Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menyatakan kebenaran dengan didukung argumen atau alasan yang sesuai. Termasuk dalam bentuk ini adalah tulisan yang bertujuan mengajak, membujuk, dan mempengaruhi orang lain. Argumentasi sering pula dibedakan dengan persuasi yang lebih bertujuan membujuk atau mempengaruhi orang lain, sementara argumentasi diartikan sebagai tulisan yang isinya bersifat menyakinkan suatu hal kepada orang lain terhadap suatu hal.
Paragraf argumentasi dapat disusun dengan pola sebab-akibat. Artinya, paragraf tersebut diawali dengan kalimat utama yang merupakan sebab dan diikuti oleh beberapa akibat sebagai kalimat penjelasnya. Sebaliknya, paragraf argumentasi juga dapat disusun dengan pola akibat-sebab yang berarti paragraf tersebut diawali dengan akibat yang merupakan kalimat utama dan diikuti oleh beberapa sebab sebagai kalimat penjelasnya.
Contoh:
Hakim menjatuhkan vonis hukuman kepada terdakwa itu. Dari catatan kepolisian yang ada ternyata ia telah berkali-kali melakukan kejahatan-kejahatan kecil sampai kejahatan besar hampir semua pernah ia lakukan. Ternyata, lingkungan pergaulan yang ia lalui merupakan faktor utama yang menyebabkannya harus mengalami penderitaan yang panjang.
Metode Pembelajaran menulis di Perguruan Tinggi
Metode pembelajaran menulis hendaknya memperhatikan bahwa bahasa itu merupakan satu keutuhan sesuai dengan fungsinya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis dapat dilakukan secara terpadu dengan kegiatan membaca, mendengarkan, dan berbicara. Misalnya, pada metode inkuiri, waktu diskusi berlangsung ada siswa yang bertugas mencatat semua keputusan diskusi. Pada diri pencatat terdapat keterpaduan antara kegiatan menyimak dan menulis. Kegiatan itu sebenarnya tidak hanya berlaku pada pencatat, tetapi juga berlaku pada semua peserta diskusi. Hasil catatan itu dirangkum menjadi laporan diskusi. Dengan demikian kegiatan diskusi yang disertai laporan tertulis akan melatih siswa terampil mendengarkan dan menulis. Melalui kegiatab itu siswa sekaligus mengenal perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis karena dalam penyusunan laporan tertulis bahasa yang digunakan berbeda dari apa yang didengar dalam diskusi yang menggunakan ragam bahasa lisan.
Media Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Media pembelajaran memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar. Tampaknya masih sedikit dosen yang mempergunakan media dalam mengajarkan menulis. Sebaiknya dosen mempersiapkan berbagai macam media yang dapat dipergunakan untuk menggairahkan pembelajaran menulis.
Berbagai bentuk pemakaian bahasa dapat dijadikan media pembelajaran menulis. Misalnya, ketika akan belajar menulis surat pribadi, dosen dapat membawakan beberapa contoh surat pribadi atau siswa disuruh membawanya. Dosen dapat mendiskusikan dengan mahasiswa dari segi isi, bentuk dan bahasanya.
Dosen dapat juga menugaskan siswa membawa gambar-gambar yang disukai siswa kemudian guru menugaskan mahasiswa untuk menceritakan isi gambar tersebut dan menulisnya di buku tentang gambar itu. Dosen dapat pula menugaskan siswa saling menilai hasil tulisannya, dengan memberikan penjelasan segi mana yang akan dikoreksi siswa. Hal ini akan memberikan pengalaman siswa bagaimana cara menilai sehingga siswa akan juga dapat menilai hasil pekerjaannya sendiri.

Penilaian Pembelajaran
Keberhasilan belajar dan mengajar bergantung pada keyakinan kita tentang faktor-faktor pendukung terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien. Beberapa faktor mengajar yang perlu diperhatikan supaya proses belajar berlangsung baik antara lain:
1)      Kesempatan untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin pengalaman mahasiswa untuk secara langsung mengamati dan mengalami proses, produk, keterampilan, dan sikap yang diharapkan.
2)      Pengetahuan awal mahasiswa, kegiatan belajar perlu mengaitkan dengan pengetahuan awal mahasiswa, keterampilan dan sikap yang dimiliki sambil memperluas dan menunjukkan keterbukaan pada cara pandang dan tindakan sehari-hari.
3)      Refleksi, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar bermakna yang mampu mendorong tindakan (aksi) dan renungan (refleksi) pada mahasiswa.
4)      Motivasi, kegiatan mengajar harus perlu menyediakan pengalaman belajar yang memberi motivasi dan kejelasan tujuan.
5)      Keragaman individu, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang mempertimbangkan perbedaan individu.
6)      Kemandirian dan kerjasama, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang mendorong mahasiswa untuk belajar secara mandiri maupun melalui kerja sama.
7)      Suasana yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan lebih kondusif untuk menciptakan situasi supaya siswa belajar lebih efektif.
8)      Belajar untuk kebersamaan, kegiatan mengajar menyediakan pengalaman belajar yang mendorong mahasiswa untuk memiliki simpati, empati, dan toleransi pada orang lain.
9)      Mahasiswa sebagai pembangun gagasan, kegiatan mengajar menyediakan pengalaman belajar yang mengakomodasi pandangan bahwa pembangun gagasan adalah mahasiswa sedangkan dosen hanya sebagai penyedia kondisi supaya peristiwa belajar berlangsung.
10)  Rasa ingin tahu, kreativitas, dan ketuhanan, kegiatan mengajar menyediakan pengalaman yang memupuk rasa ngin tahu, mendorong kreativitas dan selalu mengagungkan kebesaran Tuhan Yan g Maha Esa.
11)  Menyenangkan, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan mahasiswa.
12)  Interaksi dan komunikasi, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang meyakinkan mahasiswa terlibat secara aktif secara mental, fisik, dan sosial.
13)  Belajar dan cara belajar, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang memuat keterampilan belajar sehingga mahasiswa terampil belajar.
Penilaian berbasis kelas merupakan penilaian yang dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) melalui pengumpulan kerja mahasiswa, hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performen) dan tes tertulis (paper and pen).
Format Penilaian Menulis
No
ASPEK
SKOR
BOBOT
1
Gagasan/Ide/Tema
1-40
40%
2
Bahasa (EYD, Pilihan Kata)
1-30
30%
3
Penyajian (Kemenarikan)
1-20
20%
Jumlah Skor
100
100%
Aspek penilaian di atas dapat disesuaikan dengan tingkat dan jenjang mahasiswa atau sesuai dengan aspek apa yang diinginkan untuk dinilai terhadap anak.



BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian                                                                                        

 
            Penelitian ini berpendekatan kualitatif,  dalam memerikan masalah penelitian, peneliti berdasarkan  hasil tulisan mahasiswa. Faktor penentu tersebut adalah sistematika penulisan, kesesuaian tema dengan isi tulisan. Penelitian ini menitikberatkan kajian penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tulisan ilmiah.
            Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap             
B. Subjek Penelitian
            Subjek penelitian ini yaitu penulis dan tema tulisan.
C. Data
            Sumber data pada penelitian ini yaitu hasil tulisan mahasiswa. Data penelitian yaitu data tulisan ilmiah mahasiswa.
           
D. Pengumpulan Data
1) Teknik Pengumpulan Data
            Pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu teknik observasi  dan wawancara. Pengumpulan data berupa tulisan yang ditulis oleh mahasiswa.
2) Instrumen Pengumpulan Data
            Instrumen  yang digunakan dalam penelitian ini adalah format penilaian.


3) Prosedur Pengumpulan Data
(1) Dilakukan pengecekan agar bisa mendapatkan data sebanyak-banyaknya. Data tulisan, gambar atau kalimat tulis.
(2) Pentranskripan dilakukan untuk mengubah wacana tulis yang berasal dari tulisan mahasiswa.
 (3) Pemisahan satuan-satuan kebahasaan yang berkaitan dengan sistematika penulisan ilmiah.
(4) Pemilahan data dari satuan tulisan yang sesuai dengan sistematika penulisan ilmiah.

E. Penganalisisan Data
1. Teknik Penganalisisan Data
            Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data ini menjadi dua tahap, yaitu (1) tahap persiapan analisis yang meliputi kegiatan transkripsi data tulisan, (2) tahap analisis data yang meliputi klasifikasi unit tulisan berdasarkan sistematika penulisan yang terdapat di dalamnya sehingga diperoleh tipe-tipe tulisan.
2. Persiapan Penganalisisan Data
a. Transkripsi Data
            Untuk mendapatkan korpus yang baik dan lengkap, transkripsi data dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut.
1) Mencatat semua data tulisan menggunakan lembar yang telah disedikan. Tuturan tersebut ditulis dalam bentuk unit-unit percakapan dengan memperhatikan pemarka yang ada.
2) Pola selingkung yang ditulis dalam bentuk tulisan ilmiah mahasiswa.
b. Klasifikasi Data
            Klasifikasi data dilakukan untuk mengetahui  tulisan yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Dari unit-unit tulisan yang dikumpulkan berdasarkan rumusan masalah tersebut, selanjutnya akan dilakukan analisis data untuk memperoleh informasi-informasi bentuk-bentuk kalimat yang digunakan dalam tulisan.
3. Prosedur Penganalisisan Data
            Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh  Mile dan Huberman (1992: 15-20). Analisis data tersebut memiliki dua hal yang  mendasar, yaitu (1) model analisis data melalui empat jenis tahapan yakni: (a) sumber data, (b) reduksi data, (c) penyajian data, dan (d) penyimpulan atau verifikasi. 2) Analisis data dapat dilakukan selama proses  pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data tersebut berakhir. Analisis data yang dilakukan saat pengumpulan bertujuan untuk menyeleksi data yang berupa hasil tulisan mahasiswa.


No comments:

Post a Comment